Judul : Bencana Lisan: Belajar Akhlak Kepada Nabi
Penyusun : Vbi_djenggoten
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2016
Tebal buku : 184 halaman
Mulutmu harimaumu.
Salah satu kebiasaan kita sehari-hari yang bisa menjerumuskan pada perbuatan dosa adalah berkata-kata. Nggak cuma secara lisan, tapi juga berkata-kata melalui tulisan di media sosial misalnya. Mungkin buat kita semua perkataan yang terucap setiap hari nggak berpengaruh apa-apa sama kehidupan kita keesokan harinya, tapi jangan lupa kalau ada malaikat yang selalu mencatat semua perbuatan kita setiap harinya.
Vbi_djenggoten kembali memberikan buku pelajaran akhlak yang sangat asyik berjudul Bencana Lisan. Sebelumnya ia sudah "menggambar" lebih dari lima buku akhlak, salah satunya yang paling nge-hits adalah serial 33 Pesan Nabi yang kemudian dibukukan jadi satu seri saja berjudul 99 Pesan Nabi. Masih sama dengan buku-buku sebelumnya, di buku Bencana Lisan ini Vbi_djenggoten tetap menyajikan komik sebagai bentuk pesannya. Bedanya, buku ini cuma menyajikan satu topik, yakni tentang lisan manusia yang memang sekarang-sekarang ini masyarakat kita sedang krisis moral dalam lisan.
Membaca buku ini kita akan sedikit dicubit dan bikin sakit karena fenomena-fenomena yang jadi contoh dalam setiap bab di sini sangat dekat dengan keseharian kita. Disajikan dengan gambar komik, jadi baca buku tuntunan akhlak ini kesannya nggak bikin bosen seperti buku-buku akhlak yang berupa teks. Gambarnya pun cukup unik dengan karakter-karakter yang kocak. Dan jangan khawatir, ini adalah buku akhlak yang tentunya nggak asal coret aja ceritanya, tapi setiap pembahasan selalu ada dalil baik dari Al-Quran maupun hadits yang insyaAllah sahih.
Sepertinya buku-buku akhlak seperti ini perlu diperbanyak soalnya selain pembahasannya sangat ringan, mudah diingat dan dipahami, juga kemasan yang berbeda ini sangat amat menarik semua orang. Ya, komik akhlak yang kayak gini cocok dibaca sama semua kalangan dari berbagai usia, kalau anak usia 3-10 tahun mungkin butuh pendampingan, ya. Sejauh ini kayaknya baru sedikit komik tentang akhlak yang dibukukan. Susah kalau cari di toko buku, nemunya pasti punya mas Vbi_djenggoten ini, sedangkan komikus lainnya jarang ditemukan. Komik akhlak lebih banyak kita temukan di media sosial seperti facebook dan instagram. Lumayan, daripada lebih susah lagi akses yang lainnya.
Nah, sekarang kita bicarakan isi dalamnya. Walaupun nggak terlalu tebal bukunya, tapi isinya menurutku cukup padat dan hampir mencangkup sebagian besar fenomena lisan kita sehari-hari. Dimulai dengan membahas tentang betapa pentingnya lisan bagi manusia. Dari awal, sang komikus bahkan sudah mengingatkan kita bahwa lisan itu bisa menuntun kita pada kebaikan tapi bisa juga menggelincirkan kita pada hal-hal buruk. Peringatan kerasnya ada pada salah satu kutipan hadits Tirmizi di halaman 12:
Sepertinya buku-buku akhlak seperti ini perlu diperbanyak soalnya selain pembahasannya sangat ringan, mudah diingat dan dipahami, juga kemasan yang berbeda ini sangat amat menarik semua orang. Ya, komik akhlak yang kayak gini cocok dibaca sama semua kalangan dari berbagai usia, kalau anak usia 3-10 tahun mungkin butuh pendampingan, ya. Sejauh ini kayaknya baru sedikit komik tentang akhlak yang dibukukan. Susah kalau cari di toko buku, nemunya pasti punya mas Vbi_djenggoten ini, sedangkan komikus lainnya jarang ditemukan. Komik akhlak lebih banyak kita temukan di media sosial seperti facebook dan instagram. Lumayan, daripada lebih susah lagi akses yang lainnya.
Nah, sekarang kita bicarakan isi dalamnya. Walaupun nggak terlalu tebal bukunya, tapi isinya menurutku cukup padat dan hampir mencangkup sebagian besar fenomena lisan kita sehari-hari. Dimulai dengan membahas tentang betapa pentingnya lisan bagi manusia. Dari awal, sang komikus bahkan sudah mengingatkan kita bahwa lisan itu bisa menuntun kita pada kebaikan tapi bisa juga menggelincirkan kita pada hal-hal buruk. Peringatan kerasnya ada pada salah satu kutipan hadits Tirmizi di halaman 12:
"Bukankan seseorang tersungkur batang hidungnya di neraka disebabkan lisannya?" (HR. Tirmidzi & Hakim, Hlm. 12)
Lisan itu kalau didefinisikan artinya adalah ucapan yang keluar dari mulut kita, ini sama persis dengan definisi dalam KBBI, ya. Nah, tapi di kondisi teknologi yang sudah sangat amat maju sekarang, lisan kita berubah jadi "tulisan" lewat status atau komentar di media sosial. Meskipun bentuknya tulisan, tapi itu tetap dikategorikan sebagai lisan. Bagian ini dibahas di ujung paling belakang buku.
Ingat ketika media sosial kita rame banget sama postingan instagram seorang pemudi yang di fotonya memperlihatkan dia lagi di tengah-tengah taman bunga amarylis dengan membubuhkan caption yang membuat netizen marah-marah tak keruan? Marah-marahnya pun luar biasa, sampai mengeluarkan kata-kata kasar yang menyudutkan saudari kita tersebut. Subhanallah.
Kadang kita emang seneng banget, ya ikut komentar di status orang, di sebuah berita, dan ujung-ujungnya malah saling memaki dengan netizen lainnya yang juga menimbulkan perdebatan tiada akhir. Tapi, kita lebih sering alpa kalau omongan-omongan kita itu sebetulnya nggak perlu dan justru bisa jadi malah nambah dosa. Astaghfirullahal'adziim.
"Jangan jadikan pula, jempol Anda sebagai agen lisan yang mambawa kehancuran umat"- Hlm. 176
Manusia itu memang menjadi makhluk Allah yang diberikan akal sehingga kita bisa berpikir. Nah, pemikiran-pemikiran itu terkadang kita salurkan kepada orang melalui tulisan maupun lisan. Di bagian depan buku ini dituliskan bahwa manusia berbicara 7.000 hingga 20.000 kata setiap harinya. Wow, jadi memang pada dasarnya manusia itu suka ngomong. Maka nggak heran juga kalo kita sering menyaksikan perdebatan yang dilakukan manusia yang satu dengan yang lain, baik itu perdebatan yang nggak penting maupun penting banget. Namun, orang yang berdebat itu kan sukanya nggak mau kalah, ya... Nah, hati-hati dengan ini. Bisa-bisa memperpanjang perdebatan malah menjerumuskan kita pada perbuatan dosa. Ini digambarkan jelas dalam Bagian 3 buku ini.
Buku ini juga selayaknya dibaca sama para penyebar berita. Meski bahasannya sedikit banget soal "menyebarkan kabar", tapi setidaknya ada dalil-dalil yang menjadi petunjuk bagi mereka untuk menyebarkan sebuah berita. Yang paling sering dan memang paling asyik dilakukan adalah menyebarkan aib orang. Kita semua udah tahulah kalau menyebarkan aib orang itu nggak boleh, tapi perlu dipahami juga risikonya. Hal ini tertulis jelas dalam QS. An-Nuur ayat 19:
"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. An-Nuur: 19)
Dan yang terpenting adalah menjaga mulut kita dari omongan kasar dan tercela karena perlu diingat bahwa selalu ada malaikat yang mencatat setiap perbuatan kita, termasuk apa yang kita bicarakan setiap hari. Masya Allah.
Kalau beli buku ini kita akan dikasih kartu pos unyu yang terselip tersembunyi di dalam buku. Lumayan buat dijadiin pembatas buku. Tapi, mungkin buku ini didesain untuk langsung habis dibaca sehingga jangan harap kita akan menemukan daftar isi di bagian depan. Sebenernya ini cukup bikin bingung, sih, maksudnya dengan tidak adanya daftar isi karena pembagian bab-nya pun nggak terlalu kentara. Jadi, baca ya, baca aja terus sampe terakhir. Kalo ingin membaca satu bagian tertentu ada baiknya dikasih pembatas sendiri, ditempelin post it atau apalah yang bisa jadi pembatas.
Tapi, itu masalah teknis. Bisalah kita akali dengan berbagai cara supaya kita membaca buku ini tetap nyaman dan semangat. Bagaimanapun, buku ini asyik banget dibaca kapanpun dan dimanapun. Mau dibaca berulang kalipun insyaAllah nggak akan bosan dan sepertinya memang perlu kita baca berulang kali karena lisan kita emang licin banget, salah-salah bisa menambah dosa. Na'udzubillahimindzalik.
Comments
Post a Comment
Gimana pendapatmu tentang buku ini?